Gas beracun bocor dari pabrik kimia LG Polymer milik perusahaan Korea Selatan LG Chem di India. Pabrik tersebut terletak di dekat desa pinggiran kota Visakhapatnam, dengan sedikitnya 3.000 penduduk. Sekira 11 orang dilaporkan meninggal karena karena keracunan gas beracun yang diidentifikasi sebagai Styrene.
Sebagai catatan, Styrene merupakan cairan mudah terbakar yang digunakan untuk membuat berbagai produk industri. Di antaranya termasuk polystyrene, fiberglass, karet dan lateks. Terkait kejadian ini, Pejabat senior distrik Vishakhapatnam Tej Bharath angkat bicara.
"Kami mengevakuasi sekira 1.000 orang dan membawa mereka ke rumah sakit," tambahnya. Sebagai catatan, belum jelas apa yang menyebabkan kebocoran gas tersebut. Namun pabrik tersebut tengah bersiap untuk dibuka kembali setelah pembatasan lockdown virus corona dilonggarkan.
Menurut Bhrath, kebocoran gas terjadi selama proses dimulainya kembali operasional. Secara terpisah, Reddy, Menteri Andhra Pradeh mengatakan, para pekerja pabrik itu melakukan perawatan rutin. Mereka juga mengukur apakah siap kembali bekerja dengan produksi penuh.
Selama proses ini, menteri tersebut mengatakan, mereka menemukan kebocoran berasal dari tangki penyimpanan. Tangki tersebut merupakan tempat di mana bahan kimia berubah menjadi gas. Reddy menambahkan, mereka segera bekerja untuk menetralkan bahan kimia dan menutup pabrik dalam waktu satu jam.
Ia mengatakan, alarm seharusnya dinaikkan ketika gas bocor, Reddy pun bertanya mengapa hal tersebut tidak dilakukan. Secara terpisah, pejabat komunikasi LG Chem mengatakan kepada CNN, alarm pabrik hanya mendeteksi Styrene mentah bocor dalam bentuk cair. "Sesuatu di sana bereaksi, yang berarti bocor dalam bentuk uap,"kata pejabat dari LG Chen itu.
Saat ditanya lebih lanjut mengapa berubah menjadi uap, pejabat itu menjawab hal tersebut masih perlu diselidiki. Lebih jauh, dalam sebuah pernyataan, LG Chem mengatakan mereka mengambil langkah langkah untuk melindungi warga yang terkena dampak kebocoran. "(Kami) saat ini tengah menilai situasi kerusakan warga kota setempat," kata pernyataan tersebut.
"(Kami) mengambil langkah langkah maksimum yang diperlukan untuk melindungi penduduk dan karyawan serta organisasi terkait," tambah pernyataan itu. Pihak LG Chem mengklaim saat ini kebocoran gas pabrik sudah terkendali. "Kebocoran gas dapat menyebabkan muntah dan pusing akibat menghirup," katanya.
Lebih jauh, Dr Randeep Guleria, Direktur di All India Institute of Medical Sciences mengatakan tidak ada obat penawar untuk membalikkan efek Styrene, "Individu harus dievakuasi dari area terpapar," kata Dr Randeep. Pihak aparat kepolisian kini menyelidiki penyebab kebocorna dan melakukan kunjungan rumah ke rumah di wilayah tetangga.
Secara terpisah, Direktur Pelaksana Pasukan Tanggap Bencana Negara K Kanna Babu, mengatakan sekira 285 orang sekarang berada di rumah sakit. Ia menerangkan, pemerintah kabupaten menerima panggilan sekira pukul 03.30 pagi waktu setempat. Timnya baru diberitahu sekira pukul 05.30 pagi.
Mereka bergegas menuju ke lokasi dan tiba pukul 06.00 pagi waktu setempat. Namun, mereka tidak dapat masuk karena bau gas sangat menyengat. "Kami harus menunggu setengah jam sebelum kami bisa masuk dan mulai mengevakuasi orang," terang Babu.
Ia mengatakna, gas keluar dari cerobong pabrik dan terbawa angin. Pada saat kejadian, ada 10.000 orang di dalam area yang terkena dampak kebocoran gas. Sekira 5.000 orang telah dievakuasi oleh petugas terkait.